ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN BAWANG PUTIH  DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Ket [Foto]:

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN BAWANG PUTIH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

Temanggung, Mar20 - Program nasional salah satunya adalah sawsembada bawang putih. Kebutuhan konsumsi akan bawang putih begitu tingginya, sementara produksi secara nasional belum bisa mencukupi. Tentu saja jawaban paling mudah permasalahan ini adalah dengan melakukan impor. Impor bawang putih dilakukan dari negara China dan India, dan tentu saja berpengaruh terhadap neraca perdagangan.

Jargon Indonesia adalah negara agraris dengan fakta bahwa kita masih melakukan impor produk pertanian. Hal ini terasa ironis dan sangat mengganggu harkat martabat sebagai bangsa. Upaya pemerintah pusat dengan program Kemeterian swasembada bawang putih telah mengalami koreksi. Di awal ditargetkan tahun 2019 swasembada bawang putih bisa swasembada. Target swasembada bawang putih mundur menjadi tahun 2021.

Analisa masalah yang menjadikan target meleset adalah luasan tanaman bawang putih yang belum memadai untuk produksi yang diharapkan, produktivitas yang belum optimal seperti di daerah subtropik, ketersedian benih spesifik lokasi yang berproduksi tinggi, kesiapan sumberdaya pertanian yang belum optimal baik secara perseorangan maupun kelembagaan tani dan lain-lain.

Kabupaten Temanggung ditunjuk sebagai kawasan pengembangan bawang putih, selain Sembalun, Nusa Tenggara Barat. Temanggung menjadi wilayah dengan luasan terluas tanaman bawang putih se-Indonesia yaitu 1.900 ha. Hal ini menjadikan harapan kesuksesan swasembada bawang putih bertumpu salah satunya dengan keberhasilan program yang ada di Temanggung.

Luas panen komoditas bawang putih Kabupaten Temanggung menduduki urutan pertama di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Keadaan luas panen, produksi dan produktivitas bawang putih di Kabupaten Temanggung sebagai berikut :

Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) diperlukan untuk melakukan analisa hal-hal internal yang menjelaskan kekuatan dan kelemahan untuk pelaksanaan kegiatan. Dan juga analisa eksternal untuk mengkalkulasi peluang dan ancaman yang ada, sehingga bisa menyusun strategi yang akan diterapkan dalam upaya mensukseskan program pengembangan bawang putih di Kabupaten Temanggung.

PEMBAHASAN

Dalam program pengembangan bawang putih di Kabupaten Temanggung, analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) bisa dijadikan pedoman dalam menyusun kebijakan dan langkah kesuksesan program. Adapun analisa SWOT, dari aspek kekuatan/Strenghts (S) adalah :

Kekuatan (S)

Luas panen

Pada tahun 2017 luas tanam bawang putih 640 ha, dengan produksi 4.709 ton, dan provitasnya sebesar 7,36 ton/ha. Pada tahun 2018 luas tanaman meningkat menjadi 1.748 ha dengan produksi 13.803 ton dengan provitas 7,89 ton/ha. Dari data tersebut luas panen meningkat meningkat tajam dengan kenaikan 1.108 ha, produksi meningkat 9.094 ton dan provitas juga mengalami kenaikan sebesar 0,59 ton/ha.

Potensi tanam

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung  sebesar 71.255 ha terdiri dari ; lahan sawah 20.600 ha, lahan pertanian bukan sawah 50.655 ha. sawah teridi dari sawah irigasi teknis 19.788 ha dan sawah tadah hujan 812 ha. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari tegal, ladang, huma, lahan perkebunan, hutan dll. Daerah yang potensi bawang putih adalah dari daerah Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Prau.

Kelompok tergabung dalam Gapoktan

Gapoktan di Kabupaten Temanggung sebanyak 289 poktan, dengan jumlah kelompok tani 2.113 Kelompok, dan KWT sebanyak 343 kelompok. Semua poktan dan KWT tergabung dalam Gapoktan yang siap melaksanakan kegiatan / program pemerintah.

Modal sosial cukup baik, pertemuan rutin setiap selapanan

Semua Poktan dan KWT mempunyai jadwal pertemuan sendiri-sendiri. Umunya dilaksanakan selapanan atau 35 hari sekali. Dengan selapanan hari yang disepakati tidak akan berubah, dan akan lebih mudah diingat oleh anggotanya. Ada juga yang pertemuannya setiap bulan pada tanggal tertentu atau hari pada minggu yang sudah ditentukan. Kelompok yang sudah baik anggota rutin hadir dalam pertemuan dan melakukan musyawarah maupun transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pertanian.

Pengurus Gapoktan dan kelompok relatif masih muda, sehingga mempunyai harapan besar untuk memajukan pertanian bawang putih

Petani yang bergerak di bidang hortikultura cenderung adalah petani dalam kategori umur muda. Berbeda dengan petani sektor tanaman pangan yang mayoritas masuk kategori umur yang sudah tua.

Sektor pertanian hortikultura adalah sektor yang notabene padat modal dan padat tenaga. Sehingga yang berkecimpung banyak petani muda yang nota bene masih kuat secara fisik, pemikiran dan  keberanian menghadapi resiko lebih tinggi.

Telah memiliki benih sendiri seperti lumbu hijau dan lumbu kuning

Bawang putih sudah ada seja dulu, daerah-daerah tertentu masih rutin menanam bawang putih dari dulu sampai sekarang, seperti daerah kledung. Daerah petarangan, kruwisan mempunyai benih lokal spesifik lokasi yang cocok untuk daerah temanggung. Varietas lumbu kuning dan lumbu putih ini bisa menjadi benih yang siap dan cocok ditanam di wilayah selain kledung. Beberapa kelompok juga sudah mendaftarkan untuk mendapatkan sertifikat sebagai penangkar benih ke BPSB. Sehingga benih yang dihasilkan bisa bermutu kualitasnya, ada sertifikat kualifikasi dan terpenuhi standar kualitas sebagai benih.

Petani walau jatuh bangun tetap melakukan budidaya bawang putih

Semangat petani yang pantang menyerah, walaupun resiko gagal panen selalu didepan mata tetap saja mereka melakukan kegiatan budidaya pertanian khususnya bawang putih. Pertanian sudah menjadi budaya masyarakat temanggung,dan kegagalan dalam berbudidaya selalu dijawab dengan bekerla keras diiringi do’a untuk keberhasilan usahatani berikutnya.

 

Kelemahan (W)

Lahan tegalan tadah hujan,  satu tahun tanam 1 kali

Kabupaten Temanggung berada pada ketinggian 500–1.450 m dpl, dengan curah hujan rata-rata 1.000 – 3.100 mm/tahun. Bawang putih ditanam di dataran tinggi, yang kebanyakan adalah daerah tegalan yang tersebar di lereng gung Sumbing, Sindoro dan Prau. Daerah tegalan mayoritas adalah tadah hujan, sehingga untuk tanam dipilih pada musim penghujan yaitu pada bulan Oktober sampai Desember. Sehingga hanya bisa tanam 1 kali dalam 1 tahun.

Kurangnya pengairan selama musim kemarau dikarenakan berada di lereng gunung sindoro ,sumbing dan perahu

Lahan yang berpengairan teknis seluas 19.788 ha dan beririgasi setengah teknis seluas 812 ha, itupun mayoritas adalan lahan sawah yang mayoritas ada di daerah persawahan. Untuk musim kemarau daerah yang berpotensi ditanami bawang putih mengalami kekurangan air, karena mayoritas adalah daerah tegalan.

Petani masih menjual hasil panen sendiri

Mayoritas petani di Kabupaten Temanggung masih menjual hasil pertaniannya secara sendiri-sendiri. Mereka menjual pada bakul/tengkulak lokal yang ada di desanya. Masih sedikit yang menjual secara bersama-sama lewat kelompok maupun Gapoktan. Padahal dengan dijual secara bersama-sama diharapkan posisi tawar petani bisa naik sehingga hargapun bisa lebih tinggi daripada dijual sendiri-sendiri.

Produksi bawang putih kecil

Dibandingkan kebutuhan nasional, produksi bawang putih di Kabupaten Temanggung masih kecil, dalam artian belum bisa secara signifikan menutup kebutuhan secara nasional.

Pengolahan lahan tergantung musim

Budidaya pertanian adalah juga kultur atau budaya. Mulai tanam ataupun pengolahan lahan sudah menjadi kebiasaan petani pada musim-musim tertentu, atau jadwal yang sudah pasti menurut hitungan atau pranata mangsa. Tidak bisa setiap saat melakukan pengolahan tanah ataupun mulai melakukan kegiatan tanam.

Ada peternakan sapi, kambing /domba namun limbah belum maksimal termanfaatkan

Pemanfaatan limbah ternak belum maksimal. Kotoran ternak dan sisa pakan yang ada di kandang belum dilakukan manajemen yang baik untuk diolah menjadi pupuk organik dengan fermentasi. Kotoran dan sisa makanan hanya ditumpuk di tempat penampungan, bahkan ada yang hanya dibiarkan menumpuk di kandang sebagai alas, padahal berpotensi menyebabkan penyakit kulit, kembung, dan cacingan pada ternak.

Tenaga kerja susah

Trend sekarang ini banyak anak muda yang bekerja di sektor jasa dan industri, selain melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Mereka sebenarnya juga anak petani, tetapi enggan untuk tejun didunia pertanian. Akibatnya tenaga kerja di sektor pertanian menjadi susah, dikarenakan jumlahnya sedikit sehingga upahnyapun menjadi mahal.

Pasar bawang putih hanya di tengkulak/ pengepul dan pasar tradisional

Penjualan hasil panen petani mayoritas ditampung oleh tengkulak/ pengepul dan pasar tradisional. Belum ada yang menjual hasil panen bawang putih yang dijual petani lewat kelompok tani, KUB ataupun koperasi.

Terkendala  informasi komunikasi

Sarana komunikasi sekarang berkembang dengan pesat, lewat internet dan aplikasi yang ada harusnya informasi harga bisa diakses oleh petani. Tetapi informasi harga dan pasar belum sesuai yang diharapkan.

 

Peluang (O)

Potensi pengembangan sangat tinggi, dan memiliki kualitas  produk  cukup bagus

Sepanjang lereng gunung Sumbing, Sindoro dan Prau sangat potensi untuk ditanami bawang putih. Ada beberapa Kecamatan yang potensi diantaranya ; Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo dan Tretep. Kecamatan lain yang berpotensi juga, tetapi hasil demplot kurang maksimal diantaranya Kecamatan ; Kaloran, Kranggan, dan Kedu.

Kualitas produk bawang putih yang dihasilkan juga cukup bagus, aroma dan rasanya lebih kuat dibandingkan bawang putih impor. Umbi lebih kecil tapi rasa dan aromanya lebih kuat, sehingga lebih hemat dalam pemakaian untuk bumbu.

Hortikultura  yang dikembangkan bawang putih, bawang merah, daun bawang, kacang merah, cabai dan Kubis.

Keadaan luas panen, produksi dan produktivitas sayuran selain bawang putih pada tahun 2017 di Kabupaten Temanggung

adalah sebagai berikut

Dukungan dari perangkat desa dan modal sosial yang bagus

Pemerintah Desa mendukung program ini, dikarenakan pemberdayaan petani dan kelompok tani sangat terasa. Pendampingan program oleh petugas dan juga bantuan sarana prasarana pertanian sangat maksimal.

Modal sosial kekompakan antar stake holder pertanian yang ada di Desa begitu kuat, mendukung kegiatan ini. Ini peluang yang harus dimanfaatkan untuk pengembangan bawang putih yang ada di desa.

Dapat mengurangi impor

Neraca perdagangan diharapkan bisa berubah positif dengan adanya pengurangan impor. Devisa negara tentu saja tidak akan tersedot untuk biaya impor. Peluang untuk sumbang sih terhadap kedaulatan pangan oleh Kabupaten Temanggung sangat terbuka. Ini juga wujud patriotisme terhadap negara dengan upaya swasembada pangan.

Ternak yang dikembangkan di desa berupa Sapi, Kelinci, Kambing/domba, Ayam buras dan Ayam Ras., menjadi peluang integrated Farming System

Integrasi antara pertanian dan peternakan bisa terwujud. Pertanian menghasilkan limbah pertanian ataupun hasil panen bisa dijadikan pakan ternak kecil sampai ternak besar. Kotoran ternak bisa dijadikan pupuk organik yang akan memperbaiki kesuburan tanah dengan menyediakan unsur hara mikro yang bermanfaat bagi peningkatan produksi panen hasil pertanian.

 

Ancaman (T)

Ancaman hama monyet saat bawang masih muda

Dibeberapa tempat yang notabene daerah yang berbatasan dengan hutan lindung atau daerah “lamuk” rawan dengan serangan monyet. Ketika pangan yang ada dihutan kurang, maka monyet akan mencuri tanaman petani dan kadang merusak tanaman yang ada.

Serangan hama dan penyakit bawang putih

Tanaman bawang putih ditanam pada bulan Oktober, Nopember dan Desember pada saat curah hujan cukup tinggi. Masa vegetatif dan generatif terjadi pada musim penghujan, hal ini menjadikan tanaman rawan terserang hama dan penyakit. Yang biasanya menyerang adalah ; ulat, nematoda, busuk batang, busuk akar dll.

Kesulitan tanam karena tidak memiliki alat, sehingga kualitas produk kurang bagus

Bantuan sarana prasarana sudah banyak disampaikan hanya saja belum bisa mencukupi semua petani. Sehingga petani harus meminjam di kelompok tani atau menyisakan uang hasil panen untuk membeli alat-alat pertanian yang dibutuhkan.

Harga bawang tidak bisa bersaing dengan bawang impor

Bawang putih impor harganya bisa lebih murah dibandingkan bawang putih lokal. Efisiensi usaha tani bisa dilakukan diluar negeri penghasil bawang putih; China dan India. Sementara untuk di Temanggung biaya terbesar digunakan untuk membeli benih, tenaga kerja dan sarana produksi lain seperti ; mulsa, pupuk dan pestisida.

Pemasaran bawang putih melalui tengkulak/ pengepul di pasar tradisional

Tengkulak/pengepul di pasar tradisional membeli dengan harga yang relatif murah. Sesuai dengan hukum pasar dan perdagangan serta rantai pemasaran, yang memperoleh keuntungan terbesar adalah di sektor pedagang. Petani belum bisa menikmati harga yang tinggi bila hanya menjual langsung pada tengkulak/pengepul.

Strategi Pengembangan Bawang Putih yang bisa diambil diantaranya :

  1. Penyediaan Varietas berdaya hasil tinggi dan umbi berukuran besar
  2. Peningkatan Kapasitas Petani dengan pelatihan
  3. Teknik Budidaya sesuai kaidah SOP/GAP
  4. Penguatan Rantai Pasokan (segmented market)
  5. Penyediaan Modal Usaha bagi petani

Dari segi Demand Side Peningkatan permintaan bawang putih nasional melalui diferensiasi bawang putih nasional dibandingkan impor, sehingga apresiasi konsumen meningkat.:

  1. Promosi keunggulan bawang putih Temanggung dilihat dari sisi nilai kesehatan, sehingga nilai bawang putih lokal  lebih tinggi
  2. Mengembangkan pasar baru, baik untuk obat maupun melalui perbaikan kemasan.
  3. Regulasi untuk mendorong produk unggulan lokal melalui kewajiban pasar lokal untuk mendahulukan produk lokal, misalnya ada kewajiban mini market/supermarket untuk menyediakan space bagi produk lokal.

Beberapa hal yang menjadi harus menjadi perhatian adalah

1.  Bawang Putih

  • Ketersediaan benih bawang putih dan jumlah petani penangkar benih bawang putih sangat terbatas
  • Ukuran umbi bawang putih lokal berkisar 3-5 cm, relatif kecil dibandingkan bawang putih impor yang umumnya diatas 5 cm
  • Budidaya Ramah Lingkungan
  • Ketersediaan pupuk organik ramah lingkungan sudah bisa disediakan oleh kelompoktani namun terkendala dengan ketersediaan bahan baku (sangat diperlukan kolaborasi dengan peternakan)
  • Pemulsaan diperlukan baik menggunakan mulsa plastik  ataupun jerami (kolaborasi  pertanian padi)
  • Menjaga hasil produksi melalui pola tanam tumpang sari dan tumpang gilir
  • Dukungan program Pemerintah dan stake holder terkait

2.  Jaringan Pemasaran

  • Komoditas bawang putih penyumbang inflasi, karena sebagian besar dipenuhi dari impor, diharapkan pasar dapat dipenuhi dan mengurangi impor
  • Perlu adanya fasilitasi dari pihak-pihak  dalam kelompok tani yang memiliki jaringan pemasaran
  • Kemitraan menjadi sarana utama dalam penyerapan hasil panen bawang putih
  • Pengendalian harga dan inflasi (supply dan demand)

 

Kesimpulan

Dari uraian diatas diambil kesimpulan beberapa permasalahan pengembangan bawang putih adalah :

  1. Varietas unggul yang dilepas, belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan konsumen.
  2. Keterbatasan ketersediaan benih sumber.
  3. Serangan OPT
  4. Sarana/prasarana kelembagaan belum optimal.
  5. Kapasitas SDM dan kelembagaan masih lemah
  6. Tatalaksana Budidaya yang baik (GAP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya belum diterapkan secara optimal, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah.S
  7. trategi Pengembangan Bawang Putih yang bisa diambil diantaranya :
  8. Penyediaan Varietas berdaya hasil tinggi dan umbi berukuran besar
  9. Peningkatan Kapasitas Petani dengan pelatihan
  10. Teknik Budidaya sesuai kaidah SOP/GAP
  11. Penguatan Rantai Pasokan (segmented market)
  12. Penyediaan Modal Usaha bagi petani

Saran

Beberapa langkah dan tindak lanjut yang bisa diambil dalam pengembangan bawang putih di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut :

  1. Pembinaan intensif  kepada petani  dengan dukungan pendanaan memadai.
  2. Pengembangan benih dan penangkar, dengan mengutamakan spesifik lokal dan unggul.
  3. Penerapan GAP, GHP dan SOP dengan input lengkap disamping mekanisasi pertanian.
  4. Penanganan pascapanen dan sarana gudang dan bangsal pascapanen atau packing house).
  5. Pemberdayaan/penguatan kelembagaan tani (Poktan, Gapoktan, Asosiasi, Konsorsium, dll), kerjasama dan kemitraan agribisnis.

 

Disusun Oleh :

SUMARNO, SP.

KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung

 

 

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook